Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penemuan Buaya di Kali Winongo, Warga Serahkan Ke Gembira Loka

Buaya ditemukan warga di Kali Winongo Yogyakarta
Warga sekitar Kali Winongo kawasan Jlagran Pringgokusuman dikejutkan dengan penemuan buaya di sungai tersebut pada Rabu (19/4/17) pagi. Buaya dengan ukuran kurang lebih satu meter tersebut ditemukan oleh salah seorang warga Suryo Oktavian saat dirinya sedang menyusuri sungai untuk mencari pakan lele.

Selang sehari dari penemuan tersebut, warga menyerahkan buaya tersebut ke pihak Kebun Binatang Gembira Loka.

"Tadi sudah kami serahkan ke Kebun Binatang Gembira Loka, statusnya disumbangkan," ujar Surya pada Kamis (20/4/17) siang di rumahnya Jlagran, Pringgokusuman, Gedong Tengen, Yogyakarta,

Dia kemudian menunjukkan surat tanda terima satwa sementara yang ditandatangani olehnya dan diterima oleh Drh Anti sebagai Kanit Kesehatan Hewan.

Hewan dengan nama latin crocodylus porosus ini ditemukan Surya, Rabu pagi kemarin. Saat itu dia sedang mencari ketam atau kepiting sungai untuk pakan lele peliharaannya. Namun saat berada di pinggir sungai, dia melihat ekor buaya yang menyembul.

"Saya yakin itu buaya. Tapi awalnya tidak tahu buaya apa. Langsung saya pulang untuk minta tolong ke bapak dan adik, takutnya ada buaya lain yang lebih besar," cerita Surya.

Saat penangkapan buaya berukuran sekitar 1 meter ini, Surya mengatakan bahwa buaya itu tidak banyak melakukan perlawanan saat ditangkap. Ia menambahkan jika penangkapan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit untuk menguasainya.

"Perkiraan saya buaya itu piaraan orang (yang lepas), karena tidak melawan. Ya gerak-gerak berontak, tapi tidak menyerang," kata Bayu, adik Surya, yang ikut menangkap buaya itu.

Setelah penangkapan itu, banyak orang datang ingin membelinya. Kisaran harga yang ditawarkan rata-rata di atas Rp 500 ribu. Namun Surya menolaknya karena keluarganya semula ingin memelihara buaya itu di rumah. Namun ketika tahu bahwa itu jenis buaya muara, dia kemudian menyerahkannya ke Gembira Loka.

"Diserahkan cuma-cuma, karena balai konservasinya tidak ada anggarannya untuk itu (membeli). Kalau dibeli, bisa-bisa semua orang akan mencari (satwa yang dilindungi)," jelasnya.