Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menjadi Rakyat Baik Menurut Islam (Hadits)

Menjadi Rakyat atau Pemimpin yang baik Menurut Islam (Hadits)
Sakaran - Berikut ini adalah tuntunan atau ajaran Rasulullah SAW kepada umat Islam dalam menyikapi setiap pemerintah. Sebagai rakyat yang beragama Islam tentu harus patuh kepada tuntunan Rasulullah dalam menyikapi pemerintah dari masa ke masa. Kepada pemerintah atau pemimpin yang baik maupun yang zalim. Berikut hadits dari shahih Imam Muslim:

  • Taat dan petuh kepada pemerintah atau pemimpin hanya dalam hal kebaikan.
Diriwayatkan dari 'Ali r.a.: Rasulullah SAW pernah mengutus sepasukan tentara yang pimpinannya dipercayakan kepada seorang laki laki. Lalu komandannya memerintahkan untuk membuat api unggun. Setelah menyala, dia berkata kepada anak buahnya, "Masuklah kalian ke dalam api itu."
Banyak diantara anak buahnya ini tadinya akan menceburkan diri ke dalam api unggun, tetapi sebagian yang lain berkata, "Sesungguhnya, kita ini telah lari dari api (tidak usah mematuhi perintah komandan)."
Peristiwa ini sampai kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda kepada orang orang yang mau menceburkan diri dalam api tersebut, "Andaikan kamu benar benar menceburkan diri ke dalam api itu, kamu tetap akan berada di dalamnya sampai hari kiamat nanti."
Lalu beliau memberi pujian kepada kelompok yang tidak mengindahkan perintah komandannya untuk menceburkan diri ke dalam api itu, beliau bersabda, "Tidak boleh taat dalam hal perbuatan maksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam hal kebaikan." (HR. Muslim)
  • Durhaka kepada pemerintahan Islam yang sah, sama saja durhaka kepada Rasulullah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Barang siapa mematuhiku, berarti mematuhi Allah. Barang siapa mendurhakaiku, berarti mendurhakai Allah. Barang siapa mematuhi aparatur pemerintahanku, berarti mematuhiku. Dan barang siapa mendurhakai aparatur pemerintahanku, berarti mendurhakaiku." (HR. Muslim)
  • Taat dan patuh kepada negara dan pemimpin yang bertakwa.
Diriwayatkan dari Yahya bin Hushain, dari neneknya, Ummul Hushain: Aku pernah mendengar nenekku berkata, "Aku pergi naik haji bersama Rasulullah SAW pada waktu haji Wada'. Rasulullah SAW berpidato dengan panjang lebar, yang antara lain, sabdanya, 'Andaikan kalian diperintah oleh seorang budak kudung (perumpamaan budak hitam sekalipun), yang memerintah kamu dengan Kitabullah Ta'ala, kamu wajib mematuhinya dan setia kepadanya.'" (HR. Muslim)
  • Tidak mematuhi pemimpin atau pemerintah dalam hal kemaksiatan.
Diriwayatkan dari Ibn 'Umar r.a. dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Seorang Muslim wajib patuh dan setia terhadap pimpinannya, dalam hal yang disukai maupun tidak disukai, kecuali dia diperintah untuk melakukan perkara maksiat. Jika diperintah untuk melakukan maksiat, dia tidak boleh patuh dan taat kepadanya." (HR. Muslim)
  • Tetap patuh kepada pemerintah meskipun hak kita belum diberikan.
Diriwayatkan dari Wa'il Al Hadhrami: Salamah bin Yazid Al Ju'fi bertanya kepada Rasulullah SAW. Dia berkata, "Wahai Nabi Allah, bagaimanakah pendapat engkau, jika kami diperintah oleh penguasa yang hanya menuntut hak mereka, sedangkan hak kami tidak diberikan? Perintah apakah yang akan engkau berikan kepada kami?"
Lalu beliau berpaling dari Salamah. Lalu Salamah bertanya lagi, lalu beliau berpaling lagi. Setelah dia bertanya yang kedua kali atau ketiga kalinya, Asyi'ats bin Qais menariknya, lalu beliau bersabda, "Patuhilah dan setialah (kepada mereka). Sesungguhnya, kewajiban mereka adalah yang dibebankan kepada mereka, dan kewajiban kamu adalah semata mata yang dibebankan kepada kamu." (HR. Muslim)
  • Tidak memerangi atau melawan pemimpin yang zalim selagi dia masih melaksanakan shalat bersama.
Diriwayatkan dari 'Auf bin Malik r.a., dari Rasulullah SAW: Beliau bersabda, "Sebaik baik pemimpin kalian ialah pemimpin yang kalian cintai dan mereka juga mencintai kalian, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan sejelek jelek pemimpin kalian ialah pemimpin yang kamu benci dan mereka membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka mengutuk kalian."
Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami perangi mereka dengan pedang kami?"
Beliau menjawab, "Tidak boleh, selagi mereka mengerjakan shalat bersama kalian. Apabila kalian mengetahui suatu perbuatan yang tidak kalian sukai dari pemimpin pemimpin kalian, bencilah terhadap perbuatan itu, dan janganlah kalian mencabut baiat kalian." (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain:

Diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a., istri Nabi SAW: Nabi SAW bersabda, "Nanti akan diangkatlah beberapa pemimpin, lalu kamu mengetahui mereka berlaku baik dan jahat. Maka, barang siapa membencinya, lepaslah dia. Dan barang siapa membantah yang tidak baik itu, selamatlah dia. Akan tetapi, barang siapa rela mematuhinya, berdosalah dia."
Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bolehkah kami perangi mereka?"
Jawab beliau, "Tidak boleh, selagi mereka melakukan shalat." Maksudnya, barang siapa membencinya dengan hatinya, dia membantah dengan hatinya pula.
(HR. Muslim)
  • Pejabat akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Pemimpin adalah benteng pertahanan dari serangan musuh dan tempat berlindung diri. Jika dia menyuruh bertakwa kepada Allah dan berlaku adil, dia mendapatkan pahalanya, dan jika dia menyuruh selain hal takwa, dia mendapatkan dosa yang dipertanggungkan kepadanya." (HR. Muslim)
  • Pemimpin adil akan mendapat kemuliaan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a.: Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, orang orang yang berlaku adil, nanti (hari kiamat) akan berada diatas mimbar yang terbuat dari cahaya di sisi Allah; di kanan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan kedua tangan Allah adalah kanan (baik dan tinggi kedudukannya). Mereka ialah orang orang yang berlaku adil terhadap keluarganya, dan berlaku adil dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya." (HR. Muslim)
  • Tidak boleh melawan kepada pemerintah kecuali karena kekafiran.
Diriwayatkan dari Junadah bin Abi Umayyah: Kami pernah mengunjungi Ubadah bin Shamit pada waktu sakitnya, lalu kami berkata, "Semoga Allah menyembuhkan engkau, sudikah engkau menceritakan hadis yang dengannya Allah akan memberikan kemanfaatan (kepada kami) yang telah engkau dengar dari Rasulullah SAW?"
Dia berkata, "Rasulullah SAW pernah memanggil kami, lalu kami berjanji setia kepada beliau. Diantara perjanjian yang wajib kami pegang ialah, kami berjanji setia untuk patuh dan setia dalam segala hal, baik yang kami senangi maupun tidak kami senangi, dalam kesulitan maupun kelapangan, dan juga dalam hal yang dipandang merugikan kami, dan kami tidak boleh menentang kepada seorang pemimpin. Beliau bersabda, 'Kecuali kalian melihat kekufuran yang jelas, menurut bukti yang dapat kalian pertanggungkan di sisi Allah.'"(HR. Muslim)
  • Dalam hal patuh, sesuai dengan kemampuan kita masing masing.
Diriwayatkan dari Ibn Umar r.a.: Kami berbaiat kepada Rasulullah SAW, untuk patuh dan setia. Beliau bersabda, "Sesuai dengan kemampuanmu." (HR. Muslim)
  • Perangi atau lawan, pemimpin yang memecah belah umat.
Diriwayatkan dari 'Arfajah r.a.: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, akan terjadi beberapa bencana dan kerusuhan. Oleh karena itu, barang siapa hendak memecah belah umat yang bersatu padu, penggallah dia dengan pedang, tidak memandang siapapun dia."(HR. Muslim)
  • Patuh dan taat kepada pemimpin yang pertama jika ada dua baiat.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri r.a.: Rasulullah SAW bersabda, "Apabila telah dilantik dua orang khalifah, bunuhlah yang dibaiat belakangan itu." (HR. Muslim)

  • Setiap permasalahan kembalikak kepada ajaran Islam.
Diriwayatkan dari Tamin Al Dari r.a.: Nabi SAW bersabda, "Agama itu nasihat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin pemimpin Islam, dan orang orang Islam pada umumnya." (HR. Muslim)
  • Pemimpin yang menipu rakyat tidak akan masuk surga.
Diriwayatkan dari Al Hasan: Ubaidillah bin Ziyad pernah menjenguk Ma'qil bin Yasar Al Muzanni pada waktu sakit menjelang wafatnya. Lalu Ma'qil berkata, "Aku akan menceritakan sebuah hadis yang aku dengar dari Rasulullah SAW. Kalau aku tahu bahwa aku masih akan hidup, tentu aku tidak mau menceritakannya kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Seseorang yang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu mati ketika sedang menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan baginya surga."' (HR. Muslim)
  • Jadilah pemimpin yang lemah lembut dan jangan mempersulit urusan orang lain.
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Syumasah: Aku pernah mendatangi Aisyah untuk menanyakan sesuatu kepadanya. Kemudian dia berkata, "Dari bangsa apa kamu berasal?"
Aku menjawab, "Aku seorang penduduk Mesir."
Aisyah bertanya, "Bagaimana sikap sahabatmu dalam peperangan ini terhadapmu?"
Aku menjawab, "Kami tidak mendendamnya sedikitpun. Jika di antara kami ada yang mati untanya, dia diberi unta. Jika yang mati budaknya, dia diberi budak, dan jika dia memerlukan nafkah saja, diberilah dia nafkah."
Lalu Aisyah berkata, "Sungguh, apa yang dilakukan terhadap saudaraku, Muhammad bin Abi Bakar, tidaklah menjadi penghalang untuk menyampaikan hadis yang aku dengar dari Rasulullah SAW di rumahku ini kepadamu, yaitu 'Wahai Allah, barang siapa mengurusi suatu urusan umatku, lalu dia mempersulit  mereka, persulitlah dia. Dan barang siapa mengurusi suatu urusan umatku, lalu dia berlaku lembut terhadap mereka, berlaku lembutlah Engkau kepadanya.'"(HR. Muslim)

  • Jangan sampai mati dalam keadaan tidak patuh kepada pemerintah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW: Beliau bersabda, "Barang siapa tidak mematuhi pimpinannya dan keluar dari persatuan umat, lalu dia mati, maka dia mati jahiliyah. Barang siapa mati terbunuh di bawah panji panji kefanatikan, yaitu bermusuhan karena kefanatikan, mengajak fanatik atau membela kefanatikan suku, lalu dia terbunuh karenanya, maka matinya adalah mati jahiliyah. Barang siapa menyerang umatku, membunuh orang yang baik dan yang jahat, tanpa mempedulikan apakah dia orang Mukmin atau bukan orang Mukmin, dan tanpa memperhatikan apakah dia seseorang yang mempunyai ikatan janji dengan umatku atau tidak, maka orang itu bukan dari golonganku dan aku juga bukan dari golongannya."(HR. Muslim)


Semoga beberapa hadits diatas bisa menjadi referensi bagi kita untuk bisa menjadi warga negara yang baik menurut ajaran Islam.