Qur'an Per Kata Surat Āli 'Imrān Ayat 92-101

حَتّٰى تُنْفِقُوْا

الْبِرَّ

لَنْ تَنَالُوا

sebelum kamu menginfakkan

kebajikan

kamu tidak akan memperoleh

مِنْ شَيْءٍ

وَمَا تُنْفِقُوْا

 ۗمِمَّا تُحِبُّوْنَ

apa pun itu

dan apa yang kamu infakkan

sebagian harta yang kamu cintai

عَلِيْمٌ

بِهٖ

فَاِنَّ اللّٰهَ

Maha Mengetahui

tentangnya

sesungguhnya Allah

Lan tanālul-birra ḥattā tunfiqū mimmā tuḥibbūn(a), wa mā tunfiqū min syai'in fa innallāha bihī ‘alīm(un).
92. Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.

Qur'an Per Kata Surat Āli 'Imrān Ayat 92-101 / foto @g_khan_555

كَانَ حِلًّا

كُلُّ الطَّعَامِ ۞

halal

semua makanan itu

اِسْرَاۤءِيْلُ

اِلَّا مَا حَرَّمَ

لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ

oleh Israil (Ya‘qub)

kecuali makanan yang diharamkan

bagi Bani Israil

 ۗاَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرٰىةُ

مِنْ قَبْلِ

عَلٰى نَفْسِهٖ

Taurat diturunkan

sebelum

atas dirinya

بِالتَّوْرٰىةِ

فَأْتُوْا

قُلْ

Taurat

maka bawalah

katakanlah (Muhammad)

صٰدِقِيْنَ

اِنْ كُنْتُمْ

فَاتْلُوْهَآ

orang-orang yang benar

jika kamu

lalu bacalah

Kulluṭ-ṭa‘āmi kāna ḥillal libanī isrā'īla illā mā ḥarrama isrā'īlu ‘alā nafsihī min qabli an tunazzalat-taurāh(tu), qul fa'tū bit-taurāti fatlūhā in kuntum ṣādiqīn(a).
93. Semua makanan halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya‘qub) atas dirinya sebelum Taurat diturunkan.*) Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bawalah Taurat lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar.”

*) Setelah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman (lihat surah an-Nisā’ [4]: 160 dan al-An‘ām [6]: 146).

الْكَذِبَ

عَلَى اللّٰهِ

فَمَنِ افْتَرٰى

kebohongan

terhadap Allah

maka, barang siapa mengada-adakan

الظّٰلِمُوْنَ

فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ

مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ

orang-orang zalim

maka mereka itulah

setelah itu

Fa maniftarā ‘alallāhil-każiba mim ba‘di żālika fa ulā'ika humuẓ-ẓālimūn(a).
94. Maka, siapa yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah*) setelah itu, mereka itulah orang-orang zalim.

*) Kebohongan terhadap Allah Swt. ialah pernyataan bahwa sebelum Taurat diturunkan, Allah Swt. telah mengharamkan beberapa makanan kepada Bani Israil.

فَاتَّبِعُوْا

 ۗصَدَقَ اللّٰهُ

قُلْ

maka, ikutilah

benarlah (segala yang difirmankan) Allah

katakanlah (Muhammad)

حَنِيْفًاۗ

مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ

yang lurus

agama Ibrahim

مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

وَمَا كَانَ

termasuk orang musyrik

dan dia tidaklah

Qul ṣadaqallāh(u), fattabi‘ū millata ibrāhīma ḥanīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a).
95. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Maha Benar Allah (dalam firman-Nya).” Maka, ikutilah agama Ibrahim yang hanif dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.

وُّضِعَ

اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ

yang dibangun

ssungguhnya rumah (ibadah) pertama

بِبَكَّةَ

لَلَّذِيْ

لِلنَّاسِ

yang di Bakkah (Makkah)

adalah (Baitullah)

untuk manusia

لِّلْعٰلَمِيْنَۚ

وَّهُدًى

مُبٰرَكًا

bagi seluruh alam

dan menjadi petunjuk

yang diberkahi

Inna awwala baitiw wuḍi‘a lin-nāsi lal-lażī bibakkata mubārakaw wa hudal lil-‘ālamīn(a).
96. Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang (berada) di Bakkah (Makkah)*) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.

*) Ahlulkitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun adalah yang berada di Baitulmaqdis. Oleh karena itu, Allah Swt. membantahnya karena yang benar adalah yang ada di Makkah.

بَيِّنٰتٌ

اٰيٰتٌۢ

فِيْهِ

yang jelas

tanda-tanda

di sana (terdapat)

وَمَنْ

اِبْرٰهِيْمَ ەۚ

مَّقَامُ

barang siapa

Ibrahim

(di antaranya) Maqam

وَلِلّٰهِ

 ۗكَانَ اٰمِنًا

دَخَلَهٗ

dan terhadap Allah

amanlah dia

memasukinya (Baitullah)

مَنِ اسْتَطَاعَ

حِجُّ الْبَيْتِ

عَلَى النَّاسِ

yaitu bagi orang-orang yang mampu

adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah

(di antara) kewajiban manusia

وَمَنْ

 ۗسَبِيْلًا

اِلَيْهِ

barang siapa

(mengadakan) perjalanan

ke sana

فَاِنَّ اللّٰهَ

كَفَرَ

maka sesungguhnya Allah

mengingkari (kewajiban haji)

عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

غَنِيٌّ

dari seluruh alam

Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)

Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm(a), wa man dakhalahū kāna āminā(n), wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā‘a ilaihi sabīlā(n), wa man kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn(a).
97. Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.*) Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu**) mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.

*) Maqam Ibrahim adalah tempat beliau berdiri saat membangun Ka‘bah. Namun, ada juga yang memahaminya sebagai Masjidilharam secara umum, sebagaimana ada juga yang memahaminya sebagai tempat beliau pernah salat.
**) Kriteria mampu adalah sanggup mendapatkan perbekalan, alat transportasi, sehat jasmani, perjalanan aman, dan keluarga yang ditinggalkan terjamin kehidupannya.

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ

قُلْ

wahai Ahli Kitab

katakanlah (Muhammad)

وَاللّٰهُ

بِاٰيٰتِ اللّٰهِ

لِمَ تَكْفُرُوْنَ

(padahal) Allah

ayat-ayat Allah 

mengapa kamu mengingkari

عَلٰى مَا تَعْمَلُوْنَ

شَهِيْدٌ

apa yang kamu kerjakan

Maha Menyaksikan

Qul yā ahlal-kitābi lima takfurūna bi'āyātillāh(i), wallāhu syahīdun ‘alā mā ta‘malūn(a).
98. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus mengingkari ayat-ayat Allah, padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan?”

لِمَ تَصُدُّوْنَ

يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ

قُلْ

mengapa kamu menghalang-halangi

wahai Ahli Kitab

katakanlah (Muhammad)

اٰمَنَ

مَنْ

عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ

beriman

orang-orang yang

dari jalan Allah

 ۗشُهَدَاۤءُ

وَّاَنْتُمْ

عِوَجًا

تَبْغُوْنَهَا

menyaksikan

(sedangkan) kamu

bengkok

kamu menghendakinya (jalan Allah)

عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

بِغَافِلٍ

وَمَا اللّٰهُ

terhadap apa yang kamu kerjakan

lengah

dan Allah tidak

Qul yā ahlal-kitābi lima taṣuddūna ‘an sabīlillāhi man āmana tabgūnahā ‘iwajaw wa antum syuhadā'(u), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
99. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu terus-menerus menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah? Kamu (memang) menghendakinya (jalan Allah itu) menjadi bengkok, sedangkan kamu menyaksikan.*) Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”

*) Maksud menyaksikan adalah mengetahui bahwa agama yang diridai Allah Swt. adalah agama Islam.

اِنْ تُطِيْعُوْا

اٰمَنُوْٓا

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ

jika kamu mengikuti

beriman

wahai orang-orang yang

اُوْتُوا الْكِتٰبَ

مِّنَ الَّذِيْنَ

فَرِيْقًا

diberi Kitab

dari orang yang

segolongan

كٰفِرِيْنَ

بَعْدَ اِيْمَانِكُمْ

يَرُدُّوْكُمْ

menjadi orang-orang kafir

setelah beriman

niscaya mereka akan mengembalikan kamu

Yā ayyuhal-lażīna āmanū in tuṭī‘ū farīqam minal-lażīna ūtul-kitāba yaruddūkum ba‘da īmānikum kāfirīn(a).
100. Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti segolongan dari orang yang diberi Alkitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang-orang kafir setelah beriman.

تَكْفُرُوْنَ

وَكَيْفَ

kamu (sampai) menjadi kafir

dan bagaimana

وَاَنْتُمْ تُتْلٰى عَلَيْكُمْ اٰيٰتُ اللّٰهِ

(padahal) ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu

وَمَنْ

 ۗرَسُوْلُهٗ

وَفِيْكُمْ

barang siapa

Rasul-Nya (Nabi Muhammad) berada

dan di tengah-tengah kamu

فَقَدْ هُدِيَ

بِاللّٰهِ

يَّعْتَصِمْ

maka sungguh dia diberi petunjuk

kepada (agama) Allah

berpegang teguh

 ࣖمُّسْتَقِيْمٍ

اِلٰى صِرَاطٍ

yang lurus

kepada jalan

Wa kaifa takfurūna wa antum tutlā ‘alaikum āyātullāhi wa fīkum rasūluh(ū), wa may ya‘taṣim billāhi faqad hudiya ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
101. Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, sungguh dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.