Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nabi Isa Palsu (Bangkalan Madura) Akhirnya Tobat

Dilansir dari halaman Surya.co.id, ada seseorang yang mengaku sebagai Nabi Isa, padahal jelas sekali bahwa kenabian dan kerasulan telah ditutup oleh Allah dengan kenabian dan kerasulan yang telah diemban Nabi Muhammad SAW. Berikut kisah Nabi palsu yang berakhir di penjara yang ditulis di halaman Surya.co.id:

Nur Tajib, warga Desa Patereman, Kecamatan Modung diamankan Polsek Modung, Bangkalan, Madura, Sabtu (23/4/2016), lantaran mengaku nabi Isa.

"Ya benar, dia mengaku nabi. Sekarang kami masih diperiksa," ungkap Kapolres Bangkalan AKBP Windianto Pratomo.
Nur Tajib telah memengaruhi keluarga dan kerabatnya sejak 2014. Saat ini di Polres, tengah digelar pertemuan lintas agama, Forum Pimpinan Daerah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Diperintah Allah untuk mengabarkan kepada umat siapa diriku. Diperintah Allah mengabarkan keberadaanku," ungkap Nur Tajib di hadapan penyidik Polres Bangkalan.

Meskipun telah mengaku sebagai Nabi Isa, namun Nur Tajib akhirnya menyatakan taubat di hadapan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bangkalan di Ruang K3i Polres setempat, pada Senin (25/4/2016).

Selain MUI, Kepala Kantor Kementerian Agama Bangkalan Syamsul Mu'arif, Kasatreskrim AKP Adi Wira Prakasa bersama anggotanya hadir memberikan konseling kepada "Sang Nabi" Nur Tajib.
"Sudah bertaubat dan mengucapkan kalimat Syahadat. Silahkan polres yang melanjutkan," ungkap Ketua MUI Bangkalan KH Busro Damanhuri.

Berdasarkan hasil kajian MUI bersama Kantor Kemetrian Agama Bangkalan, ajaran yang disampaikan Nur Tajib adalah sesat karena menyimpang dari ajaran Islam.

"Ada 10 kriteria sesat yang dikeluarkan MUI Pusat. Salah satunya mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir," jelasnya.

Melalui pengobatan alternatif itu Nur Tajib disebutnya tidak menarik uang atau menerima pemberian berupa barang. Pasien yang sembuh cukup bersedia ikut menjadi jamaah pengajian yang ia pimpin.
"Tentu saja kalimat Sahadatnya beda. Pengikutnya mayoritas berasal dari keluarga dan kerabat terdekatnya dari Blega dan Modung," pungkasnya.

(sumber: www.surya.co.id)

Dan sesungguhnya kenabian dan kerasulan telah ditutup dengan diutusnya Nabi dan Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasarkan dalil-dalil al Qur’an dan Sunnah. Berikut ini adalah dalil dalil yang menerangkannya:

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾

Artinya : “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)

Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna firman Allah diatas seperti firman-Nya pula :

اللّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ

Artinya : “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS. Al An’am : 124)

Ayat ini merupakan sebuah nash bahwa tidak ada Nabi setelahnya. Dan jika tidak ada Nabi setelahnya maka tidak ada Rasul (pula) setelahnya menjadi lebih utama karena kedudukan kerasulan lebih khusus daripada kedudukan kenabian, karena sesungguhnya setiap Rasul adalah Nabi bukan sebaliknya.

Dalam hadis shahih juga dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terkahir dan penutub nabi.

Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”

Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jubair bin Mut’im RA bahwa Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi setelahnya”