Home
kriminal
penghinaan
perkembangan kasus
Remaja Duduki Patung Pahlawan Revolusi, Penegak Hukum Harus Tegas!

Remaja Duduki Patung Pahlawan Revolusi, Penegak Hukum Harus Tegas!

Perkembangan Kasus Penginaan Pahlawan Revolusi
Sakaran- Tidak punya etika, tidak punya sopan santun, tidak punya rasa menghargai jasa pahlawan dan masih banyak sekali ungkapan tidak pantas bagi para remaja ini. Mereka telah menghina dan menciderai bangsa dengan menduduki patung-patung pahlawan revolusi. Akibat perbuatan itu, mereka mendapat kecaman keras dari para netizens dan berharap para remaja ini mendapat sanksi tegas agar hal sertupa tidak terulang kembali.

Salah satu kecaman berasal dari akun Facebook Wahyu Budhi Sulistyo yang dilansir dari merdeka.com, Sabtu (7/5), sebanyak delapan pemuda tiba-tiba naik ke atas patung pahlawan revolusi. Tak sekedar berdiri, beberapa di antaranya ada yang sampai memanjat dan duduk di atas kepala patung tersebut.

"Bentar lagi pada mewek di seret sama POM AU," tulis Budhi dalam akunnya menyidir tingkah para pemuda dalam foto tersebut.
Perkembangan Kasus Remaja Duduki Patung Revolusi di Monumen Pancasila Sakti
Ulah para pemuda tersebut menimbulkan amarah para pengguna Facebook. Banyak yang mengecam tindakan anak-anak tersebut karena telah menghina ketujuh pahlawan revolusi yang merupakan bagian dari Monumen Pancasila Sakti.

Meskipun foto belum begitu jelas menampakkan dimana lokasi pengambilan gambar, namun sebagian besar netizen menyatakan foto tersebut diambil di Monumen Pancasila Sakti. Namun ada juga netizen yang menganggap foto diamblil di Tugu Sujono dekat Kota Medan. Entah mana yang benar, namun hal itu tidak bisa dibiarkan, aparat penegak hukum harus bertindak tegas untuk menangkap dan memberikan efek jera bagi para remaja ini.
Penghinaan Monumen Pancasila Sakti oleh sejumlah remaja harus dihukum
Jika benar hal itu dilakukan di Monumen Pancasila Sakti maka untuk diketahui, Monumen Pancasila Sakti ini dibangun atas gagasan Presiden Soeharto. Monumen tersebut di atas tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun untuk mengingatkan kembali Gerakan 30 September atau dikenal dengan G30S yang menewaskan tujuh orang jenderal dan seorang perwira TNI AD. Gerakan tersebut diduga didalangi oleh DN Aidit yang merupakan pimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI).